efek menonton konten toxic

Efek dari Menonton Kreator Toxic bagi Penonton dan Followersnya

Ramainya konten bertenaran di era ini, tidak sedikit kreator yang menggunakan gaya bicara kasar, provokatif, ataupun penuh drama untuk meningkatkan peluang viral. Meski kelihatan menghibur, cara seperti ini sebenarnya sangat berdampak besar terhadap prilaku dan psikologis penontonnya. Banyak orang tidak menyadari bahwa mengonsumsi konten dari kreator yang bersifat toxic dapat memengaruhi pola berpikir, emosi, hingga interaksi sosial di dunia nyata. Berikut adalah efek-efek penting yang harus di pahami:

Normalisasi Perilaku Buruk

Ketika seorang kreator toxic sering menghina, memaki, merendahkan orang lain, atau sengaja memancing drama, penonton secara tidak sadar menganggap perilaku tersebut sebagai hal yang lumrah atau wajar. Dalam jangka panjang, standar etika sosial akan menurun dan audiens menjadi kurang peka terhadap sikap yang menyakitkan orang lain.

Meningkatkan Emosi Negatif Penonton

Konten toxic biasanya mengundang konflik, amarah, dan provokasi. Ketika penonton terus terpapar hal tersebut, otak akan memproses emosi negatif dan memicu stres, kecemasan, bahkan suasana hati yang buruk. Hal ini dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari, membuat seseorang lebih mudah marah atau lebih sensitif.

Penurunan Kemampuan Berpikir Kritis

Kreator toxic sering memaksakan opini satu arah, framing sepihak, atau penyampaian informasi yang belum benar. Penonton yang terus mengikuti gaya ini dapat kehilangan kemampuan untuk menganalisis isu secara objektif. Mereka lebih rentan terpengaruh, mudah terbawa emosi, dan ikut menyebarluaskan narasi tanpa memverifikasi fakta.

Mendorong Peniruan Perilaku Negatif

Kebanyakan pengguna media sosial saat ini di isi oleh remaja yang cenderung meniru apa yang di anggap “keren” dan “berani”. Jika kreator toxic dianggap menghibur, penonton mungkin meniru gaya berbicara yang kasar, cara membully orang lain, atau konten yang penuh drama. Hal ini dapat merusak lingkungan sosial mereka, baik di dunia nyata maupun secara online.

Lingkungan Komunitas Menjadi Ikut Toxic

Followers kreator toxic biasanya ikut terpengaruh secara kolektif. Kolom komentar menjadi tempat perdebatan sengit, saling menghina, dan bullying massal. Hal ini dapat berkembang menjadi budaya komunitas di mana siapa yang paling kasar, siapa yang paling kasar, dialah yang paling di perhatikan.

Mengurangi Empati dan Kepedulian Sosial

Paparan konten yang toxic secara terus-menerus membuat penonton terbiasa melihat orang lain menjadi target hinaan atau bahan lelucon. Akibatnya, rasa empati menurun. Mereka mulai memandang masalah orang lain hanya sebagai hiburan atau “bahan konten”, bukan sebagai sesuatu yang patut di hormati.

Membentuk Identitas Digital yang Negatif

Followers yang terus menyerap energi negatif dari kreator yang toxic dapat membentuk identitas digital yang keras, sinis, dan penuh drama. Hal ini memengaruhi cara Mereka berkomunikasi, bagaimana Mereka di lihat oleh orang lain, serta hubungan yang Mereka bangun di dunia maya.

Potensi Dampak ke Dunia Nyata

Emosi negatif yang di konsumsi melalui internet dapat berdampak pada kehidupan nyata, seperti gangguan hubungan dengan keluarga, penurunan konsentrasi, penurunan performa akademik atau kerja, bahkan memicu perselisihan karena mengenalkan kebiasaan toxic ke lingkungan sekitar.

Menonton kreator toxic mungkin terasa menyenangkan karena terlihat bebas untuk melakukan apapun, tetapi dampak jangka panjangnya sangat merugikan bagi penonton dan komunitas. Mulai dari penurunan empati hingga kerusakan mental, konten toxic tidak hanya merusak reputasi kreator, tetapi juga memengaruhi perilaku ribuan penontonnya.

Internet akan lebih sehat jika Kita memilih konten secara bijak dan memberikan ruang yang lebih besar bagi kreator yang membangun, bukan yang merusak.

Baca Juga : Bagaimana Beriklan yang Relevan untuk Menjangkau Gen Z

buzzerindo.com
buzzerindo.com
Articles: 37

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *